- Peristiwa 18 Maret 2024 yang Bisa Kamu Baca Dahulu
- Vespa Matic Harga Terbaru Dan Terakurat 2024
- Daftar Partai Politik Di Indonesia Tahun 2024
- iPhone 11 Pro Max Harga, Spesifikasi, dan Kualitasnya!
- Kemerdekaan Indonesia Yang Menganut Sistem Politik Multipartial
- Menjelajahi Kuliner Terdekat: Temukan Kelezatan di Sekitar Anda
- Kegunaan Daun Kumis Kucing Bagi Kesehatan Kita
- Manfaat Edamame Untuk Kesehatan Tubuh Kita dan Perlu Anda Ketahui!
- Mengenal Ragam Kuliner Tuban: Nikmati Kelezatan Khas Kota Ini
- Kegunaan Bengkoang Bagi Kesehatan Kita
Pelaksanaan Politik Etis Dalam Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia
Penerapan kebijakan etis yang paling banyak dijumpai dalam pergerakan nasional Indonesia adalah dalam bidang pendidikan. Padahal, politik moral merupakan politik restoratif yang muncul dari pemikiran Conrad Theodor (C.Th.)
Keterangan Gambar : Politik Etis
Penerapan kebijakan etis yang paling banyak dijumpai dalam pergerakan nasional Indonesia adalah dalam bidang pendidikan. Padahal, politik moral merupakan politik restoratif yang muncul dari pemikiran Conrad Theodor (C.Th.) Van Deventer dan Pieter Brooshooft dari Belanda, pada tahun 1900, mengenai penderitaan masyarakat adat pada masa tanam paksa. . dan berlanjut hingga masuknya sistem ekonomi liberal di Hindia Belanda menjadi cikal bakal lahirnya politik moral. Van Deventer memaparkan konsep politik moral dalam artikel berjudul Een Eereschlud (The Debt of Honor) yang dimuat di majalah De Gids pada tahun 1989.
Dengan gagasan politik etis tersebut, Van Deventer ingin membuka mata pemerintah kolonial Belanda agar lebih memperhatikan penderitaan masyarakat pribumi Indonesia. Pemerintah kolonial Belanda diyakini perlu memberikan bantuan kepada masyarakat Indonesia setelah bertahun-tahun menderita dari penduduk setempat.
Gagasan Politik Etis
Kebijakan moral ini resmi dilaksanakan setelah Ratu Wilhelmina yang naik takhta mengumumkan kebijakan tersebut dalam pidatonya pada tanggal 17 September 1901. Ratu Wilhelmina mengatakan bahwa pemerintah Belanda mempunyai daya tarik moral dan etika terhadap bangsa Indonesia. Strategi politik etis ini kemudian terangkum dalam tiga gagasan yang dikenal juga dengan Trilogi Van Deventer yang terdiri dari:
Baca Lainnya :
- kondisi berikut ini yang memicu ketegangan kehidupan politik Di indonesia pada tahun 1965 kecuali0
- Kuliner Pekalongan yang Nikmat dan Lezat Sehat Bagi Tubuh!0
- Tempat Wisata di Malang yang Murah dan Low Budget untuk Sekedar Menghilangkan Suntuk!0
- Kuliner Terdekat Di Kamboja Yang Unik Dan Lezat0
- Manfaat Kulit Melinjo Untuk Kesehatan Adalah0
- Irigasi: peningkatan air dan pertanian.
- migrasi: undangan penduduk asli untuk berimigrasi.
- Pendidikan: Memperluas cakupan pengajaran dan pendidikan, termasuk mendirikan sekolah dan memberikan kesempatan pendidikan kepada masyarakat adat.
Meski didorong oleh cita-cita luhur untuk berkontribusi pada masyarakat Indonesia, tidak semua gagasan politik etis berdampak positif bagi masyarakat adat. Beberapa kebijakan irigasi dan imigrasi lebih menguntungkan Belanda dibandingkan rakyat Indonesia. Penerapan kebijakan etis memberikan dampak yang bermanfaat bagi masa depan bangsa Indonesia, khususnya di bidang pendidikan.
Politik Etis Lahirnya Pergerakan Nasional
Penerapan kebijaksanaan moral dalam bidang pendidikan menjadi latar belakang lahirnya gerakan nasional Indonesia. Kebijakan moral yang diterapkan Belanda secara tidak langsung melahirkan para intelektual yang menjadi pendiri pergerakan nasional Indonesia. Memperbaiki bidang pendidikan sebagaimana digambarkan dalam konsep politik moral, pemerintah kolonial Belanda mulai membuka sekolah dan memperbolehkan penduduk pribumi mengenyam pendidikan.
Meski masih terjadi diskriminasi dalam bidang pendidikan, namun kebijakan moral ini setidaknya telah membuka peluang anak Indonesia untuk bersekolah. Berdirinya sekolah kedokteran Belanda, STOVIA atau School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, merupakan awal mula pergerakan nasional Indonesia. STOVIA telah menghasilkan ahli kesehatan masyarakat adat, ilmuwan kritis dan aktivis. yang menjadi pemicu gerakan nasional.